1. SIAPA MUHAMMAD IDRIS ITU..?
Muhammad Idrus adalah Putra Sultan Buton ke-27 bernama La Badaru (1799-1823). Ia diperkirakan lahir pada akhir abad ke-18. Dilihat dari silsilah keturunannya, Beliau termasuk keturunan ke-16 dari raja Sipanjonga; raja Liya dari tanah Melayu yang pernah berimigrasi ke negeri Buton (lihat silsilah pada lampiran). Dalam naskah ”SILSILAH RAJA-RAJA BUTON” Muhammad Idrus memiliki 33 orang istri dan dikaruniai anak berjumlah 97 orang, dua orang di antaranya terpilih menjadi Sultan Buton, yaitu Muhammad Isa sebagai Sultan Buton ke-31 (1851-1861) dan Muhammad Salih sebagai Sultan Buton ke-32 (1861-1886).
2. Nama dan Gelar
Muhammad Idrus adalah nama lengkapnya. Selain itu ia juga memiliki cukup banyak tambahan atau gelaran sebagai berikut:
a. La Ode
La Ode adalah gelaran bangsawan Buton yang tertinggi untuk golongan kaumu yang menduduki jabatan penting dalam struktur pemerintahan. Golongan bangsawan lainnya setelah kaumu sebut walaka, yang biasanya menduduki jabatan adat. Selain golongan kaumu dan walaka terdapat pula golongan papara dan batua. Gelaran ”La Ode” yang dipakai sekarang ini di lingkungan masyarakat Buton tidak lagi dipakai sebagai pemangku jabatan dalam struktur pemerintahan tetapi hanya penanda keturunan dari golongan kaumu.
b. Oputa Mokobaadiana
Gelaran Oputa Mokobaadiana (bahasa Wolio) yang artinya ”Sultan Pemilik Kota Baadia. Nama ini dikaitkan dengan pembukaan Kota Baadia yang aslinya masih berstatus hutan, Muhammad Idruslah yang membukanya hingga menjadi sebuah kampung atau kota yang ramai (Zahari, 1977: 25).
c. Oputa Ikuba
Gelaran Oputa Ikuba (bahasa Wolio) artinya ”Sultan yang Menggali Kolam. Nama ini dikaitkan dengan aktivitas Muhammad Idrus, yaitu beliu pernah menggali kolam air, tepatnya di samping kiri Masjid Baadia (Zahari, 1977: 28).
d. Oputa Mancuana
Gelaran Oputa Mancuana (bahasa Wolio) artinya ”Sultan Tua” yang identik dengan ”Kaimuddin I”. Gelaran ini dikaitkan dengan kehadiran dua orang putranya masing-masing Muhammad Isa ”Kaimuddin II” dan Muhammad Saleh ”Kaimuddin III” yang dalam proses pengangkatannya sebagai sultan tidak melalui pemilihan tetapi dari putra mahkota. Menurut Zahari (1977: 28) untuk membedakan antara bapak dan anak, maka untuk Muhammad Idrus diberi gelar Oputa Mancuana atau Sultan Kaimuddin I.
e. Sultan Khalifatullah
Gelaran ini sebagaimana yang dikemukakan oleh H. Abdul Ganiu bahwa ”dinamakan dia Sultan Butun itu ”Sultan Khalifatullah” karena wajib al-wujud mempunyai dua hakikat dirinya; pertama hakikat wajibnya karena ia asal usul bangsa sultan (bangsawan), dan kedua, hakikat wujudnya karena ia lagi-lagi tiada mempunyai kekurangan lagi suci. Ia mencapai daripada pekerjaannya.” (La Niampe, 2002).
f. Sulutani Moadilina dan Aedurusu Matambe
Kedua-dua gelaran ini hanya ditemukan pada syair-syair mengenai ajaran tasauf berbahasa Wolio seperti syair Bula Malino dan syair Nuru Molagi. Pada naskah-naskah yang masih berstatus asli tertulis ”Aedurusu Matambe” yang artinya ”Idrus yang hina”. Dan pada naskah-naskah yang berstatus salinan (disalin orang lain) tertulis ”Sulutani Moadilina” artinya ”Sultan yang Adil”.
Dalam karya-karya yang berbahasa Arab seperti Kasyfu al-Hijab fi Murakabati al-wahab, hidayat al-basyir fi ma’rifat al-Qadir, Zubdatu al-Asrar fi Tahqiqi Ba’di Nasyaribi al-Akhyar wa Risalatu as-Syatariah, dan Misbah ar-Rajin fi Zikri as-Salat wa as-Salam ala an Nabi Syafi al-Muznibin nama Muhammad Idrus tertulis Al-abd al-fakir al-haqir Muhammad Idrus Kaimuddin ibnu al-faqir Badaruddin al-Butuni. Selain itu dalam naskah-naskahnya yang membicakan hukum adat (undang-undang), seperti Sarana Barata, nama Muhammad Idrus tertulis Sultan Qaimuddin Muhammad.
3. Muhammad Idrus Sebagai Ulama Sufi
Sultan Muhammad Idrus adalah sufi ternama dari Buton (Sulawesi). Pada masa kecilnya, ia menerima pendidikan Islam dari kakeknya, La Jampi, yang juga pernah menjadi sultan dengan gelar Sultan Qa’im al-Din Tua (1763-1788). Sampai pada tahun 1974, orang Buton masih menemukan jejak tempat ia dibina oleh kakeknya dalam pengetahuan agama, khususnya tasawuf. Tempat itu dikenal dengan Zawiyyah.
Guru Muhammad Idrus yang lain adalah Syekh Muhammad bin Syais Sumbul al-Makki. Dari ulama inilah ia menerima tarekat Khalwatiyyah Sammaniyah. Tulisan-tulisannya yang khusus membahas tentang tasawuf antara lain: Jauharana Manikamu, Mu’nisah al-Qulub fi Dzikr wa-Musyahadah, Diya al-Anwar fi Tashfiyah al-Akdar dan Kasif al-Hijab fi Muraqabah al-Wahhab.
Dalam pemikiran tasawufnya Idrus berusaha untuk sampai pada fana’ dan baqa’, seperti yang dikemukakan dalam karyanya Mu’nisah al-Qulub fi Dzikr wa-Musyahadah. Fana’ menurutnya terbagi kepada tiga macam: Fana’ al-af’al, fana’ shifat dan fana’ al-Dzat. Sedangkan baqa’, menurutnya, terbagi kepada dua macam, yaitu: Syuhud al-Kasrah fi wahdah (menyaksikan yang banyak pada yang esa), dan Syuhud al-Wahdah fi Kasrah (menyaksikan yang esa pada yang banyak). Uraiannya tentang fana’ dan baqa’ ini menunjukkan bahwa ia cenderung pada corak tasawuf yang berkembang pada masanya, yakni corak teosofi atau falsafi. Hanya saja, ia menyangkal akan terjadinya hulul dan ittihad. Ajarannya tentang dzikir dianut juiga oleh Muhammad Idrus. Ajarannya tentang dzikir ini termuat dalam beberapa tulisannya, antara lain dalam Mu’nisah al-Qulub fi Dzikr wa-Musyahadah, Dhiya’ al-Anwarfi Tasfiyah al-Akdar, Kasyf al-Hijabfi Muraqabah al-Wahhab, dan Jauharana Manikamu. Dalam tulisan-tilisannya ini dikemukakan hal-hal yang menyangkut kemuliaan, adab, dan tatar cara dzikir. Ia menyebut berbagai keutamaan dzikir, diantaranya adalah membersihkan hati dan akal agar dekat dengan Tuhan. Dalam hal ini ia mengatakan:
Dzikir yitu kanturuna ngangaranda
(dzikir itu lampu hati sanubari)
Kusuluwina kalibi momalalandana
(penerang kalbu yang gelap)
Apekangkilo fi’adi mokorakina
(membersihkan hati yang kotor)
Apekalino akala momalowona
(mengheningkan akal yang keruh)
Rahmatina Oputa yitu amakasu
(rahmat Tuhan kita dekat)
Iapiyaka batua mozikirina
(kepada hamba yang ber-dzikir).
Lafal dzikir yang paling mulia, dalam pandangannya, adalah lafal “La Ilaha Illa Allah”. Pandangan yang menyangkut keutamaan dzikir yang dikemukakan oleh Muhammad Idrus ini didasarkannya pada hadist Nabi Muhammad SAW, sebagaimana dikemukakannya dalam salah satu tulisannya:
Abari mpuu kalabina dzikiri
(banyak sekali keutaman dzikir)
Iburuku siy sabutunamo saide
(yang kulit ini hanya sedikit)
Neu peelu kalabina mobari
(kalau ingin kelebihannya banyak)
Nunu mpuu ihadisina Nabi
(cari dalam hadis Nabi)
Ada dua jenis dzikir yang senantiasa dilakukan Muhammad Idrus, yaitu dzikir dengan hati (qalb) dan dzikir dengan lidah (lisan). Dzikir pertama dilakukan dengan menenangkan hati, lalu menghilangkan segala sesuatu yang ada di hati selain Tuhan. Sedangkan dzikir yang kedua dilakukan dengan mengikuti sejumlah tata tertib (adab) dalam ber-dziki.
Menurut Muhammad Idrus, lafal dzikir yang diucapkan terdiri atas tiga tingkatan: pertama, :la ma’buda illa Allah; kedua, “la mathluba illa Allah”; dan ketiga, “la maujuda illa Allah”. Bila berhasil melalui tiga tingkatan itu, sufi berada dalam fana’. Pada tahap ini ia tidak menyadari lagi wujud dirinya. Yang disadari hanyalah satu-satunya wujud. Ucapan yang keluar dari mulutnya pun tidak lagi dirasakan sebagai ucapannya sendiri. Sekedar bandingan, tampaknya ini barangkali mirip dengan ucapan al-Ghazali: “....Apabila hilang tabir kelalaian dari hati Anda, dzikir Anda kepada-Nya akan ada bersama dzikir-Nya”.
Sebagai pengikut tarekat Khalwatiyah Sammaniyah, Muhammad Idrus tidak hanya mementingkan dzikir, tetapi juga mementingkan khalwat (menyendiri dari keramaian). Tampaknya khalwat yang dipraktekkan Muhammad Idrus didasarkan seperti khalwat-nya Nabi Muhammad di Gua Hira menjelang wahyu turun. Ia membagi khalwat menjadi tiga tingkatan, yaitu: khalwat salik, khalwat ‘arif, dan khalwat muthlaq. Yang pertama adalah khalwat murid yang belajar tasawuf dan menempuh tarekah. Sedangkan khalwat arif adalah dilakukan dengan hati saja, meskipun tubuhnya di tengah-tengah orang ramai. Dan khalwat mutlak hanya dilakukan oleh gaus, yaitu puncak tertinggi dari tingkatan sufi.
Selain khalwat, Muhammad Idrus juga mempunyai pemikiran tentang muraqabah. Menurutnya, dalam Kasyf al-Hijab , muraqabah senantiasa meyakini bahwa Tuhan mengintai lahir dan batinnya, di mana dan kapan saja. Seperti halnya, al-Sukhrawardi, Idrus juga menempatkan muraqabah setelah muhasabah.
Selanjutnya, seperti halnya sufi-sufi lain, Muhammad Idrus juga mempunyai pemikiran tentang maqamat. Berbeda dengan Abd Ghani tokoh yang akan disebutkan kemudian Muhammad Idrus menempatkan fana’ sebagai maqam yang ingin dicapainya ketika ia melakukan dzikir. Menurutnya fana’ dapat tercapai dalam keadaan musyahadah (penyaksian), musyahadah dicapai setelah melewati muraqabah dan muhasabah. Tingkatan-tingkatan inilah yang dimaksud oleh Idrus sebagai maqamat untuk sampai maqam fana’ yang diinginkan dalam melakukan dzikir-nya. Idrus juga mengemukakan maqam-maqam lainnya seperti tobat, tawadlu’, sabar, rela, dan zuhud, dalam tulisan-tulisannya. Ini menunjukkan keterpengaruhannya terhadap al-Ghazali, yang juga dianut al-Palimbani. Pemikiran-pemikiran Muhammad Idrus di atas tampaknya terpengaruhi oleh pemikiran tokoh-tokoh tasawuf Sunni, sedangkan pemikirannya tentang Wahdatul Wujud atau Wujudiyyah tampaknya terpengaruh oleh tokoh sufi falsafi.
Munculnya paham Wahdatul Wujud dalam dunia tasawuf adalah sebagai akibat pengalaman fana’dan baqa’ yang terjadi pada sufi dalam “pengembaraan” tasawufnya. Pemikiran tasawuf di Buton pada abad ke-19 rupanya mengikuti alur pemikiran ini. Hal ini diketahui melalui ajaran tasawuf Muhammad Idrus. Ia menerima paham tasawuf Wujudiyyah karena ia terlebih dahulu mengakui terjadinya fana’ dan baqa’ dalam perkembangan tasawufnya. Karena menerima paham Wujudiyyah, Idrus menerima pula konsep “Martabat Tujuh” yang menjadi bagian ajaran Wujudiyyah dalam tasawuf falsafi. Ajaran Martabat Tujuh-nya, kelihatannya mengutif kepada al-Burhanpuri.
Selanjutnya Muhammad Idrus juga mempunyai pemikiran tentang hubungan antara tasawuf dengan syari’at. Idrus menyatakan bahwa nikmat yang paling tinggi adalah pada saat “melihat” Tuhan dalam musyahadah. Tetapi itu dapat dicapai setelah segala perintah Tuhan, seperti shalat, puasa dan zakat dilaksanakan, dan segala larangan-Nya ditinggalkan.
4. Muhammad Idrus sebagai Sultan
Muhammad Idrus terpilih sebagai Sultan Buton ke-29 (1824-1851). Selama periode pemerintahannya, pembangunan di bidang keagamaan menjadi prioritas utama. Hal ini sebagaimana terungkap melalui surat-surat wasiatnya seperti di bawah ini:
1. baa-baana tey sameaku yinkomiu mangaanaku itu ranga-rangania lagi oibaadati miu opoopu miu yi Allahu Taala. Kakaangia osambahea miu mowaajibuna jamaakea komiu yi masiqi saro ingkomiu membalina umane. Tee poasa miu mowaajibuna boli botu-botikia tabeana rampa uzuru. Tea malingu saro mowaajibuna yikaro miu boli manangkaliakea boli maluntuakea boli ose-ose inca miu madakina. Aose-aoseka inca miu madakina itu padaka umarimbimo yidunia yiakherati (hal. 1).
Terjemahan:
Pertama-tama kuwariskan kepada anak-anakku, tambah-tambahkan lagi ibadahmu dan bertuhanmu kepada Allah Taala. Kuatkan sembahyangmu yang wajibnya. Jamaakan di masjid bagi kaum laki-laki. Dan puasamu yang wajibjangan putus-putuskan kecuali uzur.Dan semua yang namanya yang wajib pada dirimu jangan malas-malaskan,jangan mengikuti hatimu yang tidak baiknya itu, akan mendapatkan hukuman di dunia dan di akhirat.
2. Osiy okasameaku yimianan Baadia bari-baria. Kupaumpa komiu yaku syi indamolau-launa beku mangenge beku mboo-mboore yi baadi siy. Kapaaka oumuruku siy eona incia siy lima pulu tee lima pulu tee lima tao. Okamentelana umuruna umati Muhamadi Salallahu alaihi wasalama nama pulu tee pitu pulu tao. Okasameaku ingkomiu posadaa-daaia yapaiyaka mowaajibuna yikaro miu simbau sambahea miu simbau poasa miu te malingu saro mowjibuna yikaro miu te jamaa miu boli uboli-ubalia tee sambahea jumaa miu simbau duka daagiapo tee yaku yi baadia siy. Kaopuuna wajibu bea pekatangka –tangka totona inca miu itikadi miu yi Allahu Taala tee itkadi miu yi Rasulullahu boli-ubolia simbau yipengkaadari akata sakiaia siy(hlm.11).
Terjemahan :
Ini wasiatku kepada seluruh masyarakat baadia. Kuberitahukan bahwa saya ini tidak akan lama lagi tinggal di Baadia ini, karena umurku ini pada hari sekarang ini limapuluh dan lima puluh tahun. Pada umumnya umur umat Muhammad s.a.w. enam puluh atau tujuh puluh tahun. Kuwasiatkan kepada kalian sepeerti sembahyang kalian, seperti puasa kalian, dan semuanya yang namanya diwajibkan pada diri kalian dan sembahyang jamaah kalian jangan putus-putuskan dan sembahyang jumat kalian seperti juga ketika saya masih di Baadia ini. Yang pokok, yang wajib adalah perkuat hati dan itikad kalian kepada Allah Ta’ala dan kepada Rasulullah jangantinggalkan iaitu tetap seperti kita belajarkan selama ini.
3. osiy okosameaku ogora-ogoraku yisaraku yisara, sio-siomo itikadi yingajiakana saangua wolio siy ipiamo siytu bolimo amarungga sobeakaranga-ranganimo. Nadaangiapo duka omia bemo pawauna barahala, sio-siomo beadakia osara. Teemo duka jumaa sambahea lima wakutuu te poasa waajibu ozakati sio-siomo sobeakaranga-ranganimo katangkana(hlm.8)
Terjemahan :
Ini wasiatku kepada pemerintah, mudah-mudahan itikad yang dingajikan seluruh seluruh Wolio ini yang dahulu itu jangan lagi rosak melainkan terus bertmbah-tambah. Bila masih ada juga yang berbuat berhala, maka tugas pemerintah yang memberantasnya. Dan juga sembahyang jumat, sembahyang berjamaah lima waktu, puasa dan zakat, mudah-mudahan akan terus bertambah-tambah kokohnya.
4. Tee pekabari-baria komiu ozikiri laailaha ilallahu tee salawa inuncana eona malano siy bara sala-sala opooli sarewu incana samalo saeo. Kaapaaka okalabiana ooni rua anguna itu soamapupumo tawana kau betas karatasi tee soamapupumo kau betao kaburia tee soampupumo andala betao manic tee soamapupumo maanusia ojini omalaikati betomo buria okalabiana ooni rua anguan itu aindamo beamapupu (hlm. 12).
Terjemahan:
Dan perbanyak zikir la ilaaha ilallah dan selawatan atas nabi siang malamnya. Kalau sekiranya sanggup seribu kali di dalam sehari semalam, kelebihan yang duanya itu: akan habislah daun kayu untuk kertas dan akan habislah kayu untuk pena dan akan habis lautan untuk tinta dan akan habis manusia, jin, malaikat yang menulisnya kelebihan kata yang dua buah itu tidaklah akan habis.
5. Incema-incema imobacana saeo-saeo awaajibumo asafaatia naile orasulullah yiakherati (hlm. 2).
Terjemahan:
Siapa-siapa yang membaca salawat atas Nabi seribu kali di dalam sehari semalam diwajibkan disyafaat oleh Rasulullah di akhirat.
6. Tee menturu komiu baca Quruani sakura-kuranomo inuancana samalo saeo lima puluh anguna aeti. Tee boli manangkali tee boli mangare, tee boli umaluntu, tee boli panganta beu pengkadareakea omaanana Quruani itu talu pulua yiaalimu mosahana ilimuna momatauna aeti nasukhulu tee mansuukuhu.
Terjemahan:
Dan rajinlah membaca Quran sekurang-kurangnya di dalam sehari semalam lima puluh buah ayat. Dan jangan membangkang, jangan bosan, dan malas belajar makna Quran yang tiga puluh juz kepada orang alim yang sah ilmunya, yaitu mereka yang mengetahui ayat naaskhul dan masuukhuh.
7. Kasimpo oilimuuna momaogena ampadeanan malinguaka saro kitabi hadisi mosaha simbau hadisi Bukhariyu simbau hadisi Musulimu Terimiziyu Nisaai Bayihaqiy ibuni Maja Tahabrany Muutha musannada Safii Musannada Ahamadi bHambali hadisi Abuu Daawudu hadisi Dailami tee malingu saro kitabi hadisi motoalamna inuncana kitabi motosarongini itu namako. Kasiimpo duka momaogena ampadeanan muri-murina Quruani tee hadisi nabi itu okitabina yapai-yapaiaka ulama msoalinika itu namako, simbau kitabina Imaamu Al-Ghazzaliy itu, Kaapaaka abari motoromusakana inuncana kitabini Imamu Al-Ghazzaliy yitu opeonina tee parangina yapai-yapaiaka ulamaa mosaalihina (hlm. 3)
Terjemahan:
Kemudin ilmu yang besar manfaatnya adalah semua yang dinamakan kitab hadis yang sahih seperti hadis Bukhari, Muslim, Tarmidzi, Haakimu, Nissai, Baihaqi, Ibni Majah, Tabrani, Muutha Musannada, Syafii Musannada, Ahmad bin Hambali, Abu Daud, Dailami, dan semua kita hadis yang tersebut dalam kitab yang disebutkan itu. Kemudian juga yang besar manfaatnya di kemudian hari Quran dan hadis nabi dan kitab apa saja dari ulama yang saleh seperti kitab imam Al-Ghazali, karena di dalam kitab Al-Ghazali itu terkumpulya semua perkataan dan perangai orang-orang yang saleh.
8. Kasiimpo saro maloa Jumaa atawa molona Isinini poromu-romu komiu inuncana yi Baadia itu malingu saro yingkomiu membalina umane itu karoatibu taluatu ipolotaana magaribi tee isyaa niatikea ofahalana raatibumiu itu beu bekuaka yinyawana bari-baria sahabatina Rasulullahu tee yinyawana mancuanamiu obawine moane tee yinyawana bari-baria Isilamu yi tana Wolio tee yinyawana bari-baria Isilamu saangua dunia siy.
Kasimpo menturu komiu ujamaa limanguna wakutuu yi masigi Baadia itu yingkomiu membalina umane tabena rampana daangia okolingkaa atawa rampana daangia umapi (hlm. 5)
Terjemahan:
Kemudian yang namanya malam Jum’at atau malam Senin, berkumpullah di dalam Masjid Baadia itu bagi kaum laki-laki. Bacalah tahlil sebanyak tiga ratus kali di antara Magrib dan Isya’. Niatkan pahala tahlil yang dibaca itu untuk dikirimkan kepada nyawa Rasulullah dengan nyawa orang tua lelaki dan perempuan, semuanya nyawa umat Islam di seluruh dunia itu. Kemudian rajinlah berjamaah lima waktu di Masjid Baadia itu bagi yang laki-laki, kecuali berpergian atau karena sakit.
9. Omasigi yi Baadia itu konamiakea komiu bara daangia obaruba. Beimalapekana pewaua tee betao emani miu tulungi inuncana upewau masigi itu malingu saro molalakiakana Baadia. Baraangkaalaka amarungguamo omasigi yi Baadia itu banguakea duka pewana omasigi itu yi mbooersamo duka yincia (hlm.3-4).
Terjemahan:
Masjid di Baadia itu perhatikan bila ada kerusakannya. Untuk memperbaikinya, mintalah bantuan kepada siapa saja yang memerintah di Baadia. Kalau ada mengalami kerusakan berat, bangunlah dan kerjakan tetap di tempatnya.
10. Bolimpuu patotopua yi totona inca miu olalaki kapaaka ohakekatina manusia itu apokana-kana. Tabeana motopenena yi Allahu Taala tee sarana lipu itu momalapena incana momalapena pemingkuina momalapena peonini(hlm. 6-7).
Terjemahan
Jangan sekali-kali menonjolkan rasa kebangsawanan karena pada hakekatnya semua manusia itu sama. Manusia yang baik adalah yang baik pada Allah Ta’ala pada pemerintahan negeri, yang baik hatinya, yang baik perbuatanya dan baik kata-katanya.
11. Obaadia siy boli parameakea yapaiaka ilrangina Allahu Taala tee Rasulullahu simbou potaro simbou kanau yimalalangoaka simbou pongasi yimalalangoaka atawa beaparaaso hafio atawa beaala uwena kupa tee malingu saro madakina teemo duka kagasia boli uparameakea simbou sepa simbou caturu simbou pekabakoli simbou pegasi simbou pekabulalu simbo mencei simbou Linda simbou laringai simbou pekatu-tumbu simbou pekatobo-toboki simbou potuda simbou posemba tee malingu sampokanan duka incia itu (hlm. 13).
Terjemahan
Baadia ini jangan ramaikan dengan apa-apa yang dilarang Allah Ta’ala dan Rasulullah seperti judi, nira yang memabukan, seperti pongasi yang memabukan, seperti menjual candu, atau bunga uang dan semua yang namanya tidak baik. Dan juga permainan seperti bola raga, seperti catur, seperti joget, seperti pogala, seperti pekabakoli, seperti main gasing, seperti pekabulalu, seperti mencei seperti linda seperti lariangai, seperti pekatu-tumbu, seperti pekatobi-toboki, seperti potuda, seperti posemba, dan semua yang sejenisnya juga seperti itu.
12. Teemu duka tolarangina potaru tosasina pajoge bolimo amarungga. Adaangiaka osara yirangona moparamena potarao adikangiaka mea aosalana. Adaangiana irangona asara moparamena pajoge apepasimea duka (hlm. 8).
Terjemahan
Dan juga terlarangnya judi dan tercegahnya joget kiranya jangan lagi berubah. Kalau ada dari pihak pemerintah mendengarkan ada yang meramaikan judi dan tidak melarangnya, maka itu adalah kesalahan pemerintah. Kalau ada dari pihak pemerintah mendengarkan ada yang meramaikan joget maka adalah tugas pemerintah yang membatalkannya.
13. Tee jagania akaro miu bea peelu korakanana atawa okogundina kawanamo tea ponamba komiu boli undapia (hlm 13-14).
Terjemahan
Dan jagalah diri kalian untuk mencinta orang punya suami atau orang punya gundik, meskipun diajak jangan mau.
14. Manzina alaihi waalaihaa nisfu ala iba zalifil umatil maadhliati faizaa kaana yaomal qiyamati yahkum zanzaha hasanatihi fayaquhu haawayah miluhu zunuubaha wayanusqyhu ilaanaari (hlm. 14).
Terjemahan Bahasan Wolio:
Incema-incema azinaa tee bawine mokorakanan bemo daangiana iumane incia itu tee yi bawine incia itu samontanga osikisaana bari-baria umati eona incia sy tee molapasina itu. Barangkalaala naile eona qiyamati atohukumuakamo orakanan bawine itu bari-baria kalapena manga iagoina itu aposadaakamo incia kasiimpo awulua yi narakaa (hlm. 14).
Terjemahan :
Siapa-siapa yang berzina dengan perempuan bersuami, apa yang ada pada lelaki dan perempuan itu setengah seksamanya semua umat pada hari ini dan sesudahnya. Pada hari kiamat kelak akan dihukum suami perempuan itu. Semua kebaikan yang merampas itu diambil yang dirampas dan semua ketidakbaikan yang dirampas dipikul oleh yang merampas selanjutnya diusir ke dalam neraka.
15. Bolimpuu patotopua yi totona inca miu olalaki kapaaka ohakekatina manusia itu apokana-kana. Tabeana motopenena yi Allahu Taala tee sarana lipu itu momalapena incana momalapena pemingkuina momalapena peonini(hlm. 6-7).
Terjemahan
Jangan sekali-kali menonjolkan rasa kebangsawanan karena pada hakekatnya semua manusia itu sama. Manusia yang baik adalah yang baik pada Allah Ta’ala pada pemerintahan negeri, yang baik hatinya, yang baik perbuatanya dan baik kata-katanya.
16. Tangkanamo beiparandadina tontonan incamiu beu maeka larangina Allahu Taala tee larangina sarana wolio. Kabei patuwu mia yitotonan inca miu okatambena inca okatmbenan pemingkui kaapaaka omia moparandadina atambe itu amaasiakea Allahu Taala amaasiakea Rasulullaahu amaasiakea sarana lipy (hlm.15).
Terjemahan
Yang utama, hidupkan hatimu untuk takut pada larangan Allah Ta’ala dan larangan pemerintah Wolio. Yang akan ditumbuhkan dalam hatimu adalah kerendahn hati dan kerendahan perbuatan, karena orang yang menghidupkan kerendahan hati dan perbuatan itu sangat disayangi oleh pemerintah negeri.
17. Mentena angu-angu okitabi kuburiaka komiu itu. Posali-salingiakea komiu bari-baria padamo kudikaaka komiu. Poada-adariaeka komiu sawutitinai komiu dikaian yinami miu yapai kaadarina itu dikaia yinami miu mpuu komiu adunia siy yinda alagi yinda asanddaa ega-egana patotapua yitotona inca miu okarajana dunia (hlm. 8).
Terjemahan
Beberapa buah kitab telah kutuliskan. Saling menyalinlah kitab itu semua sudah kusimpankan. Saling ajarlah isinya dalam bersaudara-saudara. Pusatkan perhatianmu pada apa yang diajarkan itu dengan sungguh-sunggu. Ingatlah bahwa dunia tidak kekal, tidak abadi, jangan semata-mata memusatkan perhatianmu pada pekerjaan dunia.
18 Bara kumate yi wolio siy amalepe dangia inuncana sodaku atawa kutoaronimo sio siomo bolimo kutapewauaka simbau parenta yinda mokana itu namako simbau tamburu, simbau ganda, simabu temba, simbau pau, simbau togo, eangina jamu, simbau tobelokina paturu. Teemo duka siy bara daangia samia ruamia omangaanaku yiboliku bolimo akodosa dosaaka rampana mateku yaku atokamo okomdo tee sara. Saro mate ayindamo amatemoakea manga ana ana atawa amiana banuana atawa omancuana atawa owutitinai (hlm. 9).
Terjemahan
Bila saya meninggal di Wolio ini baik sedang dalam tugasku maupun aku telah dilepaskan, kiranya saya jangan diperbuatkan perintah yang tidak benar, seperti tambur, seperti gendang, seperti tembakan, seperti payung, seperti membunyikan lonceng, seperti menghiasi kelambu jenazah dan juga kalau ada seorang dua orang anak-anak saya yang kutinggalkan, jangan lagi membebani hutang-hutang karena kematianku telah sedia kelengkapannya pada pemerintah. Yang namanya kematian tidak lagi memberatkan mereka anak-anak atau orang rumah atau saudara.
19 Sabutunamo kamondona kebatobahoaka bea tobalinguaka bea tolamuiaka musambaheana itu malingu molebena amalape hukumu amalape mia osagaanana, bara kuporikanapo yaku tee manga incia okamondona bakuku malingu saro bia maputi kanci kancia sambaheaku simbou surubaniku simbou bia ipobaku lolanamo bea pokawaaka talutapi. Negaangia mini naile barasakau rua kau bia maputi okaasi yi Allahu Ta’ala soa sadakaamo mini makate kate omangaanaku yi sara hukumu. (hlm.9).
Terjemahan
Hanya kelengkapan untuk memadikan, untuk perbekalan, untuk perkuburan dan yang menyembahnyangkan itu, siapapun ulamanya pegawai mesjid atau yang lainnya. Apabila aku mendahului mereka, kelengkapan bekalku apapun yang namanya kain putih, bekas-bekas sembahyangku, seperti sorbanku, seperti sarung yang kupakai asalkan cukup tiga lapis. Kalau seandainya besok, ada barang sehelai dua helai kain putih tanda kasih dari Allah Ta’ala sedekahkan saja kepada pegawai mesjid.
5. Muhammad Idrus sebagai Pengarang
Kemampuan Muhammad Idrus menuangkan ide-idenya mengenai ajaran keagamaan, budi pekerti, dan peraturan hukum adat (undang-undang) yang disampaikan dalam beberapa bahasa (Wolio, Arab, dan Melayu) baik dalam bentuk prosa maupun puisi (syair) menggambarkan bahwa Muhammad Idrus layaklah disebut sebagai tokoh intelektual Buton yang terbesar pada zamannya. Tujuan beliau menulis naskah memberikan perbedaan di antara kepentingan keluarga dan kepentingan masyarakat umum. Naskah-naskah yang mengandungi ajaran dan pendidikan budi pekerti pewarisannya terbatas pada kepentingan keluarganya. Hal ini dimaksudkan agar kalangan keluarganya tidak semata-mata memusatkan perhatiannya pada pekerjaan duniawi. Hal ini seperti dikemukakan berikut ini:
Mentena angu-angu okitabi kuburiaka komiu itu. Posali-salingiakea komiu bari-baria padamo kudikaaka komiu. Poada-adariaeka komiu sawutitinai komiu dikaian yinami miu yapai kaadarina itu dikaia yinami miu mpuu komiu adunia siy yinda alagi yinda asanddaa ega-egana patotapua yitotona inca miu okarajana dunia (hlm. 8).
Terjemahan
Beberapa buah kitab telah kutuliskan. Saling menyalinlah kitab itu semua sudah kusimpankan. Saling ajarlah isinya dalam bersaudara-saudara. Pusatkan perhatianmu pada apa yang diajarkan itu dengan sungguh-sunggu. Ingatlah bahwa dunia tidak kekal, tidak abadi, jangan semata-mata memusatkan perhatianmu pada pekerjaan dunia.
Bila ditinjau dari bahasa yang digunakan, naskah-naskah yang membicarakan ajaran keagamaan dan pendidikan budi pekerti secara khusus menggunakan Wolio dan bahasa Arab. Hal ini sebagaimana diterangkan dalam petikan berikut:
Menturu kama-kamatea komiu okitabi yisarongiaka Tambigili Ghaafili itu kitabi yisarongiaka bula malingo tee yisarongiaka johara manikamu molabi tee kitabi yisarongi nuru molabi. Pata angua situ podo oni Wolio teemo kitabi alabu mentena angu-angu: Tahsiynul Aolaadik, hatul Uthuruyah, Uthurau Miskiyah, Surajul Muttaqiynah, Daratil Ahkaa, I,Sabil As-salam, Uyunarahmati, Targibul Anaamil, Bitah Waturrayriyna, Dliau anwaari, Syummu Umaatil Waraadi, Tanqiatul Qulubi, Hadiatul Basyiru, Habl Al-Wasyiqu, Khaodlil Maoruudi Amdatul Muwahidi, Kasyful Hijabu, Yaoharal Abhariat, tee salawa itu osarona mishyaa hurul ajiyna, tee tafsisi yitu osarona midadurahmaani, soo maka yindapo amondo dangiapo okitabi soo maka yindamo kudikaia yiwesiy tabeana kitabi faqihi (hlm. 8).
Terjemahan
Rajin-rajinlah membaca kitab yang dinamakan Tambigili Ghaafili dan kitab yang dinamakan Bula Malino dan yang dinamakan Johara Manikamu Molabi dan kitab yang dinamakan Nuru Molabi. Yang keempatnya itu semua berbahasa Wolio dan juga kitab Arab beberapa buah Tahsiynul Aolaadik, Hatul Uthuruyah, Uthurau Miskiyah, Surajul Muttaqiynah, Daratil Ahkaa, I,Sabil As-salam, Uyunarahmati, Targibul Anaamil, Bitah Waturrayriyna, Dliau anwaari, Syummu Umaatil Waraadi, Tanqiatul Qulubi, Hadiatul Basyiru, Habl Al-Wasyiqu, Khaodlil Maoruudi Amdatul Muwahidi, Kasyful Hijabu, Yaoharal Abhariat, dan syalawat yang dinamakan Mishyaa Hurul Ajiyna, tdan tafsir yang dinamakan Midadurahmaani, hanya saja belum selesai kecuali yang dinamakan faqihi.
Salah satu judul naskah karya-karya Muhammad Idrus yang sangat populer pada zamannya adalah ”Bula Malino”. Naskah ini ditulis dalam bahasa Wolio dengan menggunakan aksara Arab-Melayu modifikasi Wolio ”penduduk setempat menyebutnya Buri Wolio”. Teks naskah ini dalam bentuk syair Kabanti Bula Malino, isinya berupa nasihat Muhammad Idrus yang ditunjukan kepada dirinya sendiri sebagai berikut.
Mengawali nasihatnya, sultan Muhammad Idrus mengatakan bahwa kelak ia akan menghadapi kematian. Hal ini sudah merupakan takdir Tuhan kepadanya sebagai hamba-Nya. Tidak ada satu pun hamba Tuhan yang hidup kekal di dunia ini. Yang hidup kekal abadi hanyalah Tuhan semata. Oleh karena itulah, di kala kematiannya tiba, ia memohon kepada Tuhan agar senantiasa diberi kekuatan iman serta dapat mengikrarkan dua kalimat syahadat dengan teguh. Hal ini sebagaimana disuratkan di bawah ini:
Bismillahi kasi karoku si Alhamdu padaka kumatemo Kajanjinamo yoputa momakana Yapekamate ßari-ßariya ßatuya Yinda samia ßatuya ßomolagina Sakubumbuya pada posamatemo Somo yopu yalagi samangongeya Sakiyayiya yinda kokapada Ee wayopu dawuyaku iymani Wakutuna kußoli baDaku si Te sahada ikiraru momatangka Te tasidiki iymani mototapu | Dengan nama Tuhan, kasihan diriku ini Segala puji, kelak akan mati Sudah takdir Tuhan yang kuasa Mematikan semua hamba Tidak satu jua hamba yang kekal abadi Semua akan mati Hanya Tuhan yang kekal abadi Selama-lamanya tidak berkesudahan Wahai Tuhan, berikanlah aku iman Pada waktu meninggalkan jasad ini Dengan syahadat ikrar yang tegah Dan dengan tasdiq iman yang tetap |
Sultan Muhammad Idrus memohon pula kepada Tuhan agar yang ditambahkan rahmat. Ia mengakui bahwa Nabi Muhammadlah yang menjadi sumber cahaya awal yang paling mulia yang memberikan sinar terang kepada hamba Tuhan yang berdosa. Ia juga mengharapkan agar Tuhan dapat mempertemukannya dengan Nabi Muhammad di padang masyhar tempat berkumpulnya hamba. Selain itu ia meminta agar Tuhan dapat mengampuninya dari azab neraka pada hari kemudian. Hal ini sebagaimana disuratkan di bawah ini:
Ee wayopu, manganiya rahamati Muhammadi caheya ßa-ßana Yoyinciyamo kayinawa motopene Mosuluwina umati mokoDosana Siyo-siyomo wayopu ßeku pokawa Yi muhusara toromuyana ßatuya Yoga yaku yi azabu naraka Te huru-hara nayile muri-murina | Wahai Tuhan, tambahkanlah rahmat Muhammad cahaya permulaan Dialah cahaya paling mulia Yang menyinari hamba yang berdosa Semoga Tuhan mempertemukanku Di padang masyhar tempat berkumpulnya hamba Hindarkanlah aku dari azab neraka Dan keributan pada hari kemudian |
Nasihat Sultan Muhammad Idrus kepada dirinya disampaikan melalui salah satu syairnya yang diberi judul “Bula Malino Kapekarunana Yinca” yang berarti “Bulan Terang Penyegar Hati”. Sultan Muhamad Idrus mengharapkan, nasihat-nasihat itu dapat menjadi cermin hidupnya dalam mengikuti berbagai pengajaran dan memerangi hatinya yang jelek, serta dapat diterima oleh Tuhan. Hal ini disuratkan di bawah ini:
Si sangu nazamu yoni Wolio Yikarangina Ayedurusu Matambe Kokarongiya ßetao payiyasaku ßara salana ßekuyose kadari Siyo-siyomo yopu yatarimaku ßeku yewangi yimßaku momadakina Kusarongiya Kaßanti yinciya si Bula Malino Kapekarunana Yinca | Yang satu ini syair berbahasa Wolio Di karang Idrus yang hina Kukarang untuk cerminku Semoga aku mengikuti ajaran Mudah-mudahan Tuhan menerimaku Untuk memerangi hatiku yang jelek Kuberi nama syair ini Bulan Terang Penyegar Hati |
5.1 Jangan Mabuk dengan Kesenangan Dunia
Sultan Muhammad Idrus menasihati dirinya agar tidak memabukkan kesenangan dunia. Yang paling penting dipikirkan adalah perbuatan baik apa yang harus dilakukan terhadap sanak keluarga dan para sahabat. Apabila kematian telah menjemput, maka berpisahlah dirinya dengan mereka itu. Hal ini disuratkan di bawah ini:
Ee, karoku ßega-ßega yumalango Yinda yufikiri kampodona umurumu Matemo yitu tayomo papogako Te malingu saßara manganamu Temo duka saßara musirahamu Wutitinayi tawa mosaganana | Wahai diriku, janganlah mabuk Tidakkah engkau pikirkan sisa umurmu? Kematianlah yang akan menceraikanmu Dengan semua anakmu Dan juga dengan semua kenalanmu Famili atau yang lain-lainnya |
5.2 Mengajari dan Menyayangi Diri Sendiri
Sultan Muhammad Idrus menasihati dirinya agar senantiasa mengajari dirinya sendiri. Mengajari diri sendiri adalah lebih baik daripada diajari seribu orang guru. Ia juga menasihati dirinya agar senantiasa menyayangi diri sendiri, sebab menyayangi diri sendiri adalah lebih baik daripada disayangi orang lain. Selain itu, menasihatkan pula agar jangan mengikuti kehendak hawa nafsu, kecuali yang dinamakan nafsu radiyah dan mardiyah. Hal ini disuratkan dalam teks di bawah ini:
Ee karoku yada-yadari karomu Nafusumu ßega-ßega yuyoseya Tabeyanamo nafusu rayudiyah Nafusu sarongi marudiyah Mo sarowu guru ßemoyadariko Yinda molawana yada-yadari karomu Motuyapa kasina miya yitu Yinda ßeyakawa kasina yi karomu | Wahai diriku, ajar-ajarilah dirimu Nafsumu jangan terlalu ikuti Kecuali nafsu radiyah Nafsu yang dinamakan mardiyah Walau seribu guru yang mengajarimu Tiada bandingnya mengajari diri sendiri Walau bagaimana kasih orang itu Tiada bandingnya mengasihi diri sendiri |
5.3 Melaksanakan Rukun Islam, Zikir, Salawat dan Salam Serta Berdoa Tengah Malam
Sultan Muhammad Idrus menasihati dirinya agar senantiasa melaksanakan sembahyang dan berpuasa pada bulan Ramadhan. Demikian pula zakat fitrah jangan dilupakan yaitu dilakukan pada setiap menjelang berakhir puasa Ramadhan. Selain itu ia juga menasihatkan agar selalu berzikir, bersalawat dan salam kepada Nabi serta bangun berdoa kepada Tuhan pada setiap tengah malam. Semua itu dimaksudkan untuk menginsyafi ketidakbaikan amal. Hal ini disuratkan di bawah ini:
Ee, karoku, menturu sambaheya Te poyasa yi nuncana Ramadani Fitaramu Boli yumalingayeya Palimbayiya ahirina poyasa Zikirillahi menturuyakeya mpu Te salawa salamu yi nabimu Pontanga malo Bangu emani amponi Yincafuyaka kadakina amalamu | Wahai diriku, seringlah sembahyang Dan berpuasa pada bulan Ramadhan Fitrahmu jangan lupakan Keluarkan pada akhir puasa Berzikirlah sesering mingkin Dan salawat serta salam kepada nabimu Tengah malam bangun minta ampun Insyafkan ketidakbaikan amalmu |
5.4 Jangan Membual dan Memfitnah Sesama
Sultan Muhammad Idrus menasihati dirinya agar jangan membual dan memfitnah. Kejelekanya sangat besar yaitu pada hari kiamat akan mendapat hukuman. Semua kebaikan orang yang membual dan memfitnah diambil orang yang dibuali dan difitnah dan sebaliknya semua kejelekan orang yang dibuali dan difitnah diambil orang yang membual dan memfitnah itu. Selain itu, orang yang membual dan memfitnah itu pada hari kiamat lidahnya akan dipotong. Hal ini disuratkan di bawah ini:
Ee karoku, ßoli yumangabuya-buya Temo duka ßoli yumangahumbu-humbu Kadakina tabuya-buya rangata Hari kiyama nayile ßeyu marimbi Kadakina tahumbu miya rangamu Yokadakina yuyala meya yingko Yokalapena posaleya yinciya Hari kiyama delamu ßeya totumu | Wahai diriku, jangan suka membual Dan juga jangan memfitnah Kejelekannya sangat besar Pada hari kiamat kelak akan dihukum Kejelekan membual sesamamu Keburukannya engkau yang ambil Kebaikannya dia yang ambil Pada hari kiamat lidahmu akan dibakar |
5.5 Mensucikan Diri
Sultan Muhammad Idrus menasihati dirinya agar senantiasa mensucikan diri. Ia juga menasihatkan agar jangan merendahkan dan memandang enteng orang lain. Yang paling utama adalah selalu memikirkan kerendahan diri sendiri. Sesungguhnya manusia dan mahluk lainnya tidak berbeda asal kejadiannya, yaitu berasal dari setetes air. Demikian pula kelak akan mati, di dalam tanah akan bercampur dengan tanah kuburannya. Hal ini disuratkan di bawah ini:
Ee karoku yincamu pekangkiloya Nganga randamu boli yumanga pipisi Temo duka Boli yumanga pisaki Fikiriya katambena karomu Yuwe satiri Banamo minamu Simbayu duka kadidi yanamako yitu Yi nuncana tana nayile yuhancurumo Yuposalomo te tana koburumu | Wahai diriku, sucikanlah dirimu Niatmu jangan merendahkan orang Dan juga jangan memandang enteng Pikirkanlah kerendahan dirimu Air setetes awal kejadianmu Seperti juga mahluk lainnya Di dalam tanah kelak engkau hancur Bercampur dengan tanah kuburmu |
5.6 Jangan Mengutamakan Kekuasaan dan Kebangsawanan
Sultan Muhammad Idrus menasihati dirinya agar jangan mengutamakan kekuasaan dan kebangsawanan. Keduanya itu semata-mata hanya kebesaran dan hiasan dunia. Yang harus diutamakan adalah hati nurani yang suci. Itulah yang akan kekal sampai pada hari kemudian. Hal ini disuratkan di bawah ini:
Ee karoku, fikiriya mpu-mpu Kakawasa tangkanamo yi duniya Yokalaki tangkanamo yi weyi Te malingu kabelokana duniya Yakawaka nayile muri-murina Yamapupumo ßari-ßariya situ Tangkanamo totona yinca mangkilo ßemolagina nayile muri-murina | Wahai diriku, pikirkan betul-betul Kekuasaan hanya ada di dunia Kebangsawanan hanya ada di sini Dan segala kebesaran hiasan dunia Sampai pada hari kemudian Habislah semua itu Hanya hati nurani yang suci Yang kekal abadi |
5.7 Kejelekan Fitnah Dunia
Sultan Muhammad Idrus menasihati dirinya agar menghindari kejelekan fitrah dunia. Fitnah dunia bagaikan orang berlayar yang tidak kekal di negeri tempat berdagangnya. Dunia ini adalah tempat yang berubah, sebagaimana diuraikan oleh hadist nabi, Siapa-siapa yang tidak mempercayainya sesungguhnya orang itu kafir. Hal ini disuratkan di bawah ini:
Ee karoku togasaka mpu-mpu Yokadakina fitanana Duniya Pamana ßose padaka yuhelamo Yinda ßeyulagi yi lipu podagamu Duniya si mboresa momarungga Totula-tula yi hadisina nabi Yincema-yincema miya moperawasiya Satotuna miya yitu kafiri | Wahai diriku, berpasralah betul-betul Kejelekan fitnah dunia Bagaikan berlayar tidak lama lagi bertolak Tidak akan kekal di negeri perdaganganmu Dunia ini tempat yang berubah Diceritrakan di dalam hadits nabi Siapa-siapa yang tidak mempercayainya Sesungguhnya orang itu kafir |
5.8 Bertawakal dan Berpegang pada Kata-Kata Nabi
Sultan Muhammad Idrus menasihati dirinya agar senantiasa bertawakal dan berpegang pada kata-kata nabi. Dikatakan bahwa dunia ini adalah tempatnya kesalahan. Banyak sekali racun yang membinasakan. Racun itu berasal dari pendengaran, penglihatan dan penciuman. Hal itulah yang sampai pada perasaan yang senantiasa menghukum hati yang baik. Nafsu yang tidak baik berada di antara kedua tulang rusuk dan itulah musuh yang kekal. Untuk melawan musuh seperti itu, harus melaksanakan zikir sesering mungkin dan hati senantiasa dibuat agar takut kepada perintah Tuhan yang Mahakuasa. Hal ini disuratkan di bawah ini:
Ee karoku tawakala mpu-mpu Pengkenisi ajanji mina i nabi Dunia si mboresana karimbi Aßari mpu racu ibinasaka Ominana racu ibinasaka Oporango, opokamata opebou Si tumo mokawana i manisi Morimbitina incamu momalapena Mboresana nafusu momadaki Polotana rua mbali lupe-lupe Si tumo ewalina molagina Motopenene incana karota si Kaewangina ewali incia itu Zikirillahi menturu akea mpu Incamu itu pekaekaia mpu Iparintana Oputa Momakana | Wahai diriku, tawakallah betul-betul Peganglah janji nabi Dunia ini tempatnya kesalahan Banyak sekali racun yang membinasakan Asalnya racun yang membinasakan Pendengaran, penglihatan, penciuman Itulah yang sampai pada perasaan Yang menghukum hati yang baik Tempat nafsu yang tidak baik Di antara kedua tulang rusuk Di situlah musu yang kekal Yang baik pada diri kita Untuk melawan musuh seperti itu Berzikirlah sesering mungkin Hatimu berbuatlah menjadi takut Pada perintah Tuhan Yang Mahakuasa |
5.9 Sering Mendengarkan Pengajaran
Sultan Muhammad Idrus menasihati dirinya agar selalu mendengarkan pengajaran, terutama pengajaran dari orang-orang saleh. Ia menegaskan, yang namanya ajaran untuk kebaikan wajib didengarkan meskipun asalnya dari mulut orang gila bahkan dari mulut binatang sekalipun. Sabda Nabi Muhammad: Ambillah kalian ilmu itu meskipun berasal dari mulut binatang demi menuju jalan kebaikan. Hal ini disuratkan di bawah ini:
Te umenturu rango oni malape Kadarina paimia salihi ßoli panganta ßeu rango kadari ßara salana betao bahagiamu Osea mpu saro i malapeaka Malinguaka oni i rangomu itu Kawanamo mina i momagilana Neo itumo saro imalapeaka Akonimo hatimi rusuli Muhammadi saidina anbia Alea komiu katau itu Hengga katau i mulutina binata Neo itumo giu imalapeaka | Seringlah mendengar kata-kata yang baik Ajaran dari orang yang saleh Jangan bosan mendengarkan ajaran Siapa tahu untuk kebahagiaanmu Ikuti betul yang namanya kebaikan Segala kata yang engkau dengarkan itu Walaupun asalnya dari orang gila Kalau sudah itu yang menjadikan kebaikan Bersabda rasul yang penghabisan Muhammad penghulu segala nabi Ambillah kalian ilmu itu Meskipun dari mulut binatang Demi menuju pada kebaikan |