Pendakian Spritual

Pendakian Spritual
ALLAH SWT - MANUSIA - ALAM

Rabu, 02 Maret 2011

Perjalanan Hidup Manusia

A. Perjalanan Hidup Manusia

Manusia mengalami dua kali mati dan dua kali hidup lalu kembali ke haribaan Allah, mati yang pertama adalah kehi dupan manusia sebagai roh sebelum bergabung dengan jasad, keadaan ini disebut (1) Alam  Arwah, lalu hidup di dunia, dimana roh manusia sudah bergabung dengan jasad, keadaan ini disebut (2) Alam Dunia, sesudah itu manusia mati, yakni rohnya berpisah kembali dengan jasad, inilah yang disebut (3) Alam Barzakh (kubur), sesudah hari Qiyamat mereka dihidupkan kembali, situasi ini disebut (4) Alam Ba’ats (bangkit), dan akhirnya mereka (5) dikembalikan, ada yang ke Neraka dan ada pula yang ke Syurga. (QS. 2:28)

Diantara 5 alam besar di atas ada alam antara, yaitu :
1.    Antara alam arwah dengan dunia, ada Alam Arham.
2.    Antara alam dunia dengan alam barzakh, ada Sakarat maut
3.    Antara barzakh dengan Ba’ats, ada Hari Qiyamat.
4.    Antara ba’ats dengan Neraka/syurga, ada Hisab (perhitungan amal)

Tatkala manusia di dunia, Allah bertanya “mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal dulu kamu mati…?” (QS. 2:28) yang dimaksud mati adalah kehidupan roh manusia tanpa jasad, yakni ketika di alam arwah, sementara pertanyaan Allah di atas menunjukan keheranan, dan itu mengandung arti kebalikannya, seperti pertanyaan “kenapa kamu gemuk padahal dahulu kamu kurus?” Gemuk yang ditanyakan adalah kebalikan kurus. Kalimat pertanyaan Allah di atas kafir (tertutup) kebalikannya mati, artinya ketika di alam arwah manusia sudah beriman, sebagai kebalikan dari kafir, dengan demikian kalau dirinci pertanyaan tadi akan berbunyi  “Mengapa kamu kafir (tertutup) kepada Allah, padahal ketika kamu di alam arwah kamu sudah syahadat (terbuka) dengan bersaksi tauhid kepada-Nya.”

Dari pemahaman ayat ini, kita berkeyakinan bahwa sesungguhnya semua manusia ketika di alam arwah sudah bersaksi tauhid (beriman), baik yang sesudah di dunianya beriman atau yang kafir, sehingga kepada yang kafir ditanyakan Allah “Kok sekarang kamu kafir, padahal dulunya kamu beriman?”

B. Manusia di Alam Arwah

Ketika manusia di alam arwah, semua ditanya oleh Allah “ Bukankah Aku Tuhan kamu sekalian?” Semua arwah manusia menjawab “yaa…! Kami bersaksi.” (QS. 7:72). Dengan demikain pada mulanya semua arwah manusia mengakui ke-Esa-an Tuhan yaitu, Allah inilah yang disebut “Janji Tauhid,” karena itu jika manusia lahir ke dunia tidak syahadat atau kafir maka Allah mempertanyakannya (lihat kembali QS. 2:28), maka yang kafir kepada Allah di dunia itu disebut mereka yang melanggar janji (QS. 2:27), sementara yang menepati janji ialah, mereka yang ketika di dunia mengucapkan syahadat (persaksian) :


“Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah”

Kosekuensi dari persaksian ini, maka manusia tidak boleh kafir atau syirik kepada Allah.

Bersaksi itu sendiri “mengucapkan kembali apa yang sudah diketahui sebelumnya,” dengan demikian pengucapan ikrar syahadat kita di dunia pada hakikatnya adalah pengungkapan kembali janji kita di alam arwah.

Disamping janji tauhid kepda Allah ketika manusia masih di alam arwah, manusia juga  sudah terikat dengan janji amanat yakni, berjanji akan memikul tamggung jawab, menerima ajaran yang dibawakan oleh Rasul-rasul Allah, besedia melaksanakan perintah untuk kebahagian mereka, dan juga siap meninggalkan larangan, karena akann menyengsarakan mereka, namun kenyataan di dunia justru kebanyakan manusia melanggar larangan Allah, padahal ia tau itu akan menyengsarakannya, maka ia disebut “Zhaluuman” (sangat aniaya). Sementara perintah Allah justru ditinggalkannya, padahal ia tahu itu sangat membahagiakannya. Maka ia disebut “Jahuulan” (sangat bodoh). (QS. 33:72).

Dari janji amanat itu maka manusia sesudah lahir ke dunia, dituntut kembali mengungkap kesaksian menerima Rasul Allah, dan lahirlah syahadat Rasul Allah :


“Aku bersaksi bahwa Muhammad itu utusan Allah”

Kosekuensi dari persaksian ini, manusia wajib mengikuti sunnah Rasul Allah.

Sesudah di alam arwah manusia berjanji tauhid dan janji amanat, mak di dunia mereka terbagi menjadi dua golongan (QS. 13:20-25):
1.    : Orang-orang yang menepati janji dengan Allah.
2.    : Orang-orang yang melanggar janji.

Ketika manusia di dunia ditanya tentang adanya perjanjian di alam arwah, tak seorang pun yang mengakuainya padahal denga jelas Al-Qur-an menginformasikan, jika diwaktu yang lalu mengetahui sesuatu sementara waktu yang belakang tidak mengetahuinya, maka waktu belakangan itu dia lupa, artinya hilang kesadaran tentang sesuatu yang sudah diketahui sebelumnya, karena lupa itulah maka manusia didalam Al-Qur-an disebut  “         “ secara bahasa artinya lupa, jadi manusia disebut al-Insan karena dia lupa.

Kepada yang lupa harus diingatkan, maka turun Al-Qur-an yang juga disebut  “         “ (peringatan) (lihat QS. 15:29), orang yang membawa peringatan tersebut disebut                  “              “ (QS.88:21) dengan demikain insan yang lupa itu harus diingatkan oleh Al-Qur-an, dan oleh orang yang membawakan (mengajarkan) Al-Qur-an, bahwa ia sesungguhnya telah berjanji tauhid dan amanta sebelum lahir ke dunia ini.

C. Integrasi Roh dengan jasad di Alam Rahim

Manusia pertama pertama Allah langsung dari tanah (QS. 32:7), manusia keturunan dari saripatinya, yang berproses menjadi Nuthfah, ‘alaqah, mudhgah, ‘izham, lahm, bentuk lain (QS.23:12-14), dan ketika proses pembentukan fisiknya sudah sempurna (lengkap) maka Allah tiupkan padanya roh-Nya, lalu diberi indra, pendengaran, pengelihatan, akal pikiran (QS.32:9), jadi di alam rahim terjadi persenyawaan (integrasi) antara roh dengan jasad, maka jadilah manusia yang utuh.

Dari informasi Al-Qur-an di atas, maka yang disebut manusia adalah monodualistik dari roh yang berasal dari Nur Allah, dengan jasad yang berasal dari tanah, karenanya roh bersifat suci, ghaib, dan kekal, sementara jasad kotor, tampak, dan rusak.

Kita dapat memahami, mengapa manusia ketika di dunia lupa terhadap janjinya di alam arwah, karena yang berjanji itu adalah roh, sementara di dunia sudah bersenyawa dengan jasad, yang bersifat bendawi, sehingga karenanya, jika pemenuhan kebutuhan jasadiaiah yang bersifat kebendaan lebih dominant dalam perjalanan hidup manusia, maka manusia akan semakin lupa kepada Allah, sampai pengaruh kebendaan itu hilang pada waktu mati (lihat QS. 102:1-2), sebaliknya orang yang mengakui kebenaran Al-Qur-an lalu memahaminya, berarti ia dapat memberikan santapan rohani, dan yang demikian disebut dzikir (ingat), ia tidak lupa bahkan akan memperoleh ketentraman dalam hidupnya (lihat QS. 13:28).

Pemenuhan santapan jasmani yang nilai ukurannya terletak pada uang akan dapat dirasakan oleh manusia, selama jasmani hidup, sedangkan jasmani hidup selama di dunia ini saja, maka daya guna uang akan dirasakan selama manusia hidup di dunia, berbeda dengan santapan rohani, karena roh itu kekal dan akan melanjutkan kehidupannya dari dunia sampai akhirat, sementara gambaran perbandingan hari akhirat dengan dunia, satu akhirat seperti 1000 tahun (bukan hari) dunia (QS. 22:47), karena itu orang yang mengalahkan pemenuhan santapan rohani untuk mengejar santapan jasmani, disebut kesenangan yang memperdayakan (QS. 3:185).

Hal-hal yang membuat manusia lupa terhadap perjanjiannya dengan Allah :
1.    Ambisi (angan dan lamunan)  (QS.15:2-3)
2.    Bisnis (perniagaan) (QS. 24:7-9)
3.    Harta dan Keluarga (QS. 63:9-11)
4.    Persaingan Duniawi (QS. 102:1-2)

Al-Qur-an tidak melarang hal-hal diatas untuk meraih dan memperolehnya namun, yang di larang, jangan sampai karena hal itu membuat lupa kepada Allah.

D. Hadir ke Dunia, dalam Keadaan Tidak Tahu Apa-apa dan Tidak Punya Apa-apa

Allah menyatakan bahwa semua manusia di keluarkan dari rahim ibunya oleh Allah dalam keadaan tidak tahu apa-apa (bodoh) (QS. 16:78), dan tidak punya apa-apa (miskin), kemudian Allah memberi pendengaran dan pengelihatan serta akal pikiran, dimana dengan itu semua bisa tahu apa-apa (mendapat ilmu pengetahuan), dengan ilmu dia bisa bekerja, dan menghasilkan apa-apa (Punya harta benda), dengan demikian pada hakikatnya, ilmu dan harta yang dipunyai manusia adalah pemberian semata, namun apa yang dinikmati di dunia, kelak akan dimintai pertanggungjawaban di sisi Allah (QS. 102:8), oleh sebab itu karena semua yang kita tahu dan yang kita punya adalah titipan belaka.

Konsekuensi logisnya, jika kita pintar dan kaya raya tidak perlu menyombongkan diri, kerena kita hanya diamanati oleh Allah, sebaliknya, kalau kebetulan miskin dan bodoh , tidak perlu putus asa, karena kita diamanati sedikit-yang tentu saja pertanyaannya akan lebih ringan-melainkan justru harus bersabar dan terus bekerja keras (lihat QS. 57:23).

E. Kehidupan Dunia bagi Orang Mukmin dan bagi Orang           Kafir

Bagi orang mukmin kehidupan dunia hanyalah perjalanan yang harus dilewati sebagai wahana mencapai kehidupan hakiki (sebenarnya) di akhirat nanti, sehingga bagi mereka tidak lebih dari senda gurau dan permainan. Senda gurau berarti, bukan sebenarnya karena itu, jika ia sukses di dunia, tidak menjadikan dirinya lupa daratan, karena sukses dunia bukan sukses sebenarnya, demikian juga kalau gagal, tidak menjadikan dirinya putus asa karena, bukan kegagalan sebenarnya. Kehidupan yang sebenarnya bagi mereka adalah kehidupan akhirat, dimana disanalah yang benar akan menerima manfaat kebenaran sesungguhnya dan yang salah akan menerima akibat kesalahan sesungguhnya (QS. 29:64).

Betapapun kehidupan dunia senda gurau, bukan berarti dia harus seenaknya berbuat, sebab bagi mukmin, kehidupan dunia juga sebagai permainan, dimana masing-masing orang memerankan lakon yang harus dijalaninya dengan benar dan baik, sebab nanti akan memperoleh penilaian dari sang Maha Pengatur (sutradara) dan baik-buruknya akan memperoleh imbalannya (QS. 2:286).

Berbeda dengan orang kafir, kehidupan dunia bagi orang kafir adalah segala-galanya, mereka memperoleh dengan segala cara, tanpa menghiraukan nilai halal atau haram, kehidupan dunia bagi mereka untuk kesenangan sepuas-puasnya, dalam sisi ini mereka tak ubahnya seperti binatang (QS. 47:12), mereka kuasai ilmunya, sehingga dengan keunggulan ilmu mereka dapat menundukan sebahagian orang mukmin yang bodoh, Allah pun memperkenankan hajat dan hasrat mereka, karena Dia memberi rizki makhluk-Nya tanpa dihitung-hitung (pilih-pilih) (QS. 2:212), itulah hukum Allah tentang dunia, tapi nanti di akhirat orang bertaqwa pasti diatas mereka (QS. 2:212).

F. Sakarat Maut

1.    Terbuka, dan pandangan sangat tajam
Saat sakarat maut, pandangan terbuka dan sangat tajam (QS. 50:22) dapat melihat calon pahala yang akan diterima jika dia beramal saleh, dan calon siksa yang akan diderita jika dia beramal salah (QS. 56:83-84), orang kafir mendadak sontak beriman, karena yang didustakannya selama ini ternyata benar adanya, namun imannya tak berguna lagi (QS. 32:29).

2.    Sakarat maut orang kafir
Orang kafir minta kembali ke dunia (jangan jadi mati) dan berjanji mau beramal saleh tapi Allah tidak menggubrisnya lagi karena dulu juga (ketika dialam arwah) sudah berjanji tapi nyatanya diingkari (QS. 23:99-100). Muka dan punggung mereka dipukuli oleh malaikat, dan segala amal baik mereka (kalau pun ada) dihapus tidak bernilai sama sekali (QS. 47:27-28).

3.    Taubat, tidak diterima, minta tangguh dan janji sedekah
Orang-orang yang berdosa, karena sudah diperlihatkan calon siksa yang akan diderita, maka ketika sakarat maut bertobat, namun taubatnya tidak diterima Allah (QS. 4:18), orang yang kikir atau sedekahnya masih sedikit, meronta minta tangguh dan berjanji mau sedekah dulu dan menjadi orang yang saleh, tapi juga tidak diperkenankan Allah (QS. 63:9-11).

4.    Orang yang bertauhid dan istiqomah, disambut malaikat
Orang yang konsisiten, konsekuen dan kontinyu dengan tetap bertuhankan Allah dengan segala kesabaran dalam taqwanya, maka disambut malaikat, seraya dikatakan kepada mereka “Jangan takut dan jangan bersedih, bergembiralah dengan syurga yang Allah janjikan buat anda semua, kita bersama sejak dari dunia hingga akhirat, anda akan mendapatkan apa-apa yang nafsu anda mau dan apa-apa yang anda minta, sebagai anugrah dari Tuhan maha Pengampun dan Penyayang” (QS. 41:30-32). Selanjutnya malaikat menyambut mesra dengan mempersilahkan kembali kepangkuan Tuhan, dengan suka hati dan disukai, kelak akan dipersilahkan bergabung dengan hamba-hamba Tuhan dan kelak diseur masuk syurga-Nya(QS. 89:27-30).

G. Di alam Barzakh ada bongkahan neraka dan taman syurga

Orang yang angkuh, sombong dan angkara murka, tidak beriman kepada kepada Allah, ketika di alam barzakh, neraka dihadirkan dihadapan mereka setiap saat, baru sesudah hari qiyamat, mereka dimasukan langsung ke dalam api neraka, sebagai siksa yang lebih dahsyat (QS. 40:46), demikian sebaliknya orang yang bertaqwa, di barzakh mendapat taman syurga “                                          “ (Hadist nabi SAW), alam barzakh ini terus berlangsung sampai hari kebangkitan (Ba’ats) (QS. 23:100).

H. Hari Qiyamat dimulai dengan tiupan sangkakala pertama

Sesudah penghuni bumi tak aada lagi yang menyebut asma Allah, bumi menjerit mengadu kepada Allah, maka Allah perintahkan malaikat Israfil meniup sangkakala (terompet), maka bumi bergoncang dengan goncangan yang dahsyat (QS. 99:1-5), ibu yang menyususi melemparkan bayi yang sedang disusuinya, wanita hamil seketika melahirkan (QS. 22:1-2) manusia semua panik, tidak lagi mengenal saudaranya, ibu dan bapaknya, teman dan anaknya (QS. 80:34-36), dan akhirnya semua makhluk hidup mati kecuali yang dikehendaki Allah (QS. 39:68), raja-raja dan para  penguasa semuanya mati, tinggal Allah Maha Kuasa Tunggal (QS. 40:16), semua pemilikan makhluk diambil pemilik aslinya, Dia-lah Allah (QS. 82:18-19).

I. Ba’ats (Bangkit)
Tiupan sangkakala Israfil yang kedua, semua manusia bangkit dari kuburnya (QS. 39:68) berbondong-bondong menuju mahsyar (tempat berkumpul untuk melihat amal-amal mereka), kebajikan dan keburukan sekecil apapun akan mereka lihat (QS. 99:6-8).

J. Menerima catatan amal

Masing-masing orang akan menerima kitab catatan amal, ada yang menerima dari depan dengan tangan kanannya, dia akan diperika dengan pemeriksaan yang mudah, dan dia akan kembali kepada kelompoknya dengan gembira, dan ada pula yang menerima dari belakang dengan tangan kirinya, maka dia akan berteriak “aduh….celaka aku” dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala, dahulu di dunia dia berfoya-foya, dia mengira bahwa dia tidak akan kembali (kepada Tuhannya) padahal Tuhan selalu mengawasinya (QS. 84:7-15). Masing-masing disuruh menghitung amalnya sendiri-sendiri dengan membaca catatannya (QS. 17:13-14), orang-orang yang berdosa ketakutan melihat apa yang tertulis di dalamnya, dan mereka berkata “aduhai…celakalah kami, kitab apakah ini, yang kecil, yang besar tidak sedikitpun tertinggal, semuanya tercatat” (QS. 18:49).

K. Mizan (Timbangan)
Kami (Allah) letakkan mizan (timbangan)dengan adil, tak sedikitpun manusia dirugikan (QS. 21:47), barang siapa yang berat timbangan amal kebaikannya, maka dia dalam kehidupan yang menyenagkan, dan siapa yang ringan timbangan amal kebajikannya, tempat dia adalah neraka, yang apinya panas dan membakar (QS. 101:6-11).

L. Neraka

Orang kafir digiring ke neraka, berbondong-bondong, ketika sampai dipintunya, penjaganya berkata “Tidakkah pernah datang kepada kalian utusan Allah dari kelompok kalian yang membacakan ayat-ayat Tuhan kalian dan memberitakan adanya pertemuan ini.” Maka mereka menjawab “ya !” Tapi telah terbukti benar ketetapan siksa bagi orang-orang yang kafir (QS. 39:71-72), wajah mereka tunduk dan terhina, jungkir balik dan kepayahaan, masuk neraka yang panas, minumnya pun mendidih, makanannya pohon berduri, semakin dimakan semakin sakit, tapi lapar semakin menjadi (QS. 88:2-7).

M. Syurga

Orang-orang yang bertaqwa dihantar ke syurga berbondong-bondong, sampai dipintunya serta-merta terbuka dan penjaganya menyambut “Selamat dan berbahagia, anda-anda memang telah berbuat baik di dunia, masuklah ke syurga kekal selama-lamanya,” mereka bersukur dan berujar “Segala puji bagi Allah yang telah membuktikan kebenaran janji-Nya, dan telah benar Rasul yang menyapaikannya, kami dapat menempati syurga ini dimana pun kami mau, sungguh sebaik-baik balasan.” (QS. 39:73-74).

Wajah mereka berseri-seri, serta puas karena usahanya di dunia. Dalam syurga yang tinggi-tinggi, tidak ada perkataan sia-sia, mata air tetap mengalir, tahta-tahta yang ditinggikan, gelas-gelas yang didekatkan, bantal-bantal sandaran tersusun, dan permadani terhampar. (QS. 88:8-16).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar