Pendakian Spritual

Pendakian Spritual
ALLAH SWT - MANUSIA - ALAM

Rabu, 02 Maret 2011

“ LINTAS LOPOBATTANG – BAWAKARAENG “ Oleh : LM.Nuzul Ansi Makarata

“ LINTAS LOPOBATTANG – BAWAKARAENG “
Oleh : LM.Nuzul Ansi Makarata


Selasa 29 Desember 2009, Pukul 12.45. usai Sholat Lohor pendakian Lopobattang – Bawakaraeng dimulai, kami berangkat beranggotakan 7 orang anggota dengan didampingi oleh 3 Orang Pendidik senior yang sudah sangat berpengalaman di dalam dunia kepencinta alaman sehingga keseluruhan berjumlah 10 0rang anggota dalam 1 tim.
Pendakian ini bertujuan untuk memperdalam materi yang didapatkan sebelum brangkat kelapangan dimana pendakian ini pada awalnya untuk menemani saudara - saudara dari mapala Solitaire MPA Fakultas Hukum ( Banjarmasin ) untuk mengadakan Tahun Baru 2010 di puncak Lpobattang – Bawakaraeng.
Pendakian diawali di Kampus Merah Unhas yaitu tepatnya di sekeretariat MPA. Edelweis Ilmu Budaya Unhas, Perjalanan dempi perjalanan kami lewati dengan penuh canda tawa dalam Minibus ( PT2 ) yang penuh desak – desakan dan hiruk pikuk penumpang mulai awal kita menumpang di PT2 07 Kampus jalur Peterani dan melajutkan sampai keterminal Mobil jeneponto dengan beberapa perjalanan yang sangat melelahkan serta pikiran – pikiran yang selalu melayang di benak aku bahwa pengen skali cepat sampai pada tujuan untuk melanjutkan kepetualangan ini, diperjalanan sering kami bertanya kepada pembimbing yang sudah sering skali terdengar namanya dikalangan Anak _ anak Pencinta Alam Makassar yang juga merupakan sebuah Guru/Abang ( Bang NEVY ) bagi kami, beliau memberikan kami beberapa gambaran – gambaran tentang jalur serta apa yang perlu disiapkan baik itu fisik jasmani maupun rohani diman petualangan / pendakian itu bukan hanya sebuah olah raga melainkan adalah penyatuan ketiga unsur antara Hubungan Kami Manusia dengan Maha Pencipta Allah SWT, Hubungan Manusia dengan Alam Serta Hubungan Manusia dengan Manusia itu sendiri.
Memasuki sekitar waktu sore hari dengan ditandainya Azan Magrib kami sampai ke tempat pernginapan yang biasa anak – anak pendaki lain menginap sebelum melakukan pendakian, seperti biasa pada umumnya masyarakat sulawesi selatan yaitu saling tolong menolong dan membantu satu sama lain tidak melihat baik siapa dia suku, agama, adat istiadat, kulit dll. Semua ditrima terbuka dengan lapangdada, Sebelum melakukan pendakian keesokan harinya yaitu Rabu, 30/12/2009 kami meginap semalam sambil mengembalikan stamina untuk pendakian besok, malam yang terasa begitu panjang dan larut dengan sunyi tidak adanya hiruk pikuk benderang bisingan kota kami terlelap tanpa seperti biasanya dimana hari – hari kami di kota selalu melewati malam dengan canda gurau, mendengarkan musik, kegiatan – kegiatan yang selalu membosankan dan tanpa arti.
Kicauan burung, percikan hujan dikala itu musim hujan, kokokkan ayam jantan serta tiupan angin – angin pagi pegunungan membangunkan kami pagi itu. Kami bangun dengan menghirup udara pagi yang sejuk dan alami dimana tidak adanya polusi dan pencemaran udara hasil asap kendaraan, pabrik – pabrik serta debu – debu yang bertebaran dimana yang ada oksigen dari tumbuh – tumbuhan pegunungan yang sejung yang terhapar hijau dimana – mana serta tiupan agin yang dingin menambah inidahnya pagi itu. Setelah bergegas menyiapkan perlengkapan dan semua yang akan dibawa serti tidak lupa sarapan dan berdoa sekitar Pukul 09.00 pagi Rabu, 30/12/2009 kami mulai melakukan pendakian Pos demi Pos kami lewati dengan setiap Pos kami selalu diberikan penyegaran materi kepada pembimbing sekaligus Abang kami.
POS 1 di pos ini adalah merupakan adanya sumber Air dimana Airnya jernih, alami dan dingin karena hasil langsung dari pegunungan oleh karena itu kami tidak perlu lagi memasaknya bisa langsung diminum, disini kami disarankan untuk membawa Air minum sebanyak – banyaknya sesuai kemampuan dimana pada musim kemarau saat ini di POS 3 yang biasanya Pendaki terakhir mendulang air,aliran Air sungai kering. Untuk menuju Pos selanjutnya Pos 2 kondisi medanya Treking begitu juga Pos 3. Perjalanan demi perjalanan melalui beberapa Pos akhirnya kami sampai di POS 3 dan syukur saja kami banyak mendulang Air di POS 1 dimana di POS 3 ini tidak mengalir Air sungai, sebelum melanjutkan perjalanan kami beristrahat sejenak dengan menuangkan Kopi Panas serta memakan cemilan bekal yang dibawa, seperti biasa setiap kali kami berhenti berisatrahat kami selalu diberikan sebuah materi – materi tentang kepetualangan dimana yang terpenting dalam setiap pendakian bukan berapa puncak yang kami taklukan melainkan apa manfaat dan proses yang kamu raih dalam setiap pendakianmu itu dimana apa guna mendaki setinggi dan sebanyak mungkin gunung tetapi yang diadapat hanyalah capeh dan sebuah ketidak jelasan hasil yang diraih. Oleh karena itu setiap melakukan sesuatu baik itu mendaki atau apapun selalu diawali dengan kata “ NIAT ”. Perjalanan kami lanjutkan untuk menuju puncak Lopobattang dengan jalur yang kami belum pernah lalui merupakan sebuah kepetualangan sejati dimana rimbunya Hutan, pepohonan – pepohonan yang sangat langka dan jarang dilihat diperkotaan, kicauan burung – burung, hembusan angin menambah dinginya walau saat itu matahari berada pas diatas kepala tetapi terasa sejuk dalam hamparan pepohonan hutan yang lebat dan rimbun. Perjalanan setapak demi setapak dengan tangga bebatuan yang sangat licin setelah habis dibasahi hujan, daun – daun pohon yang gugur, serta ranting – ranting kayu yang patah dimakan zaman berjatuhan disekeliling kami. Sebuah proses Rantai makanan yang selau berputar mengikuti fungsi dan kegunannya serta menambah semarak perjalanan ini akan sebuah keyakinan bahwa Maha Besarnya Allah SWT akn sebuah ciptaan_Nya.
Tidak terasa perjalanan yang kami lakukan sudah begitu jauh kami sampai juga di POS 9, di pos ini kami Kamp semalam dengan berada pas beberapa meter dari puncak dimana para pendaki mengambil kamp di Pos ini karena dipuncak tidak cocok tempat untuk mendirikan tenda. Pas sesampainya kami dengan tanpa adanya himbauan / komando kami langsung membagi tugas ada yang mendirikan tenda ada yang menyiapkan makanan dan ada pula yang mengambil air di mata air pegunungan, setelah semua selesai dengan tugasnya masing – masing kami sarapan setelah itu beberapa menit bercerita – cerita tentang jalur yang dilewati tadi serta saling menanyakan kondisi masing peserta. Untuk menyiapkan stamina untik pendakian selanjutnya kami bergegas untuk istrahat dan tidur, tetapi aku lebih memilih menghabiskan malam sendiri diluar tenda dengan ditemani secangkir kopi, sebatang rokok dan terangnya rembulan betapa indahnya maha Ciptan_nya dimana terhampar luas malam yang sunyi dengan pemandangan lampu kota yang terang benderang dikejuhan sana bintang – bintang yang bertaburan bagaikan sebuah mutiara menantikan matahari pagi. Malam itu dingin dimana ketinggian sekitar 2000 m lebih dari permukaan laut. Ditengah malam itu dalam kesendirianku di luar tenda dengan teman – teman anggota lain yang sudah terlelap tidur aku membayangkan dalam pikiran aku yaitu “ apakah aku bodo, gila, sinting dengan sebuah sikap yang tidak dan sangat jarang orang lakukan melakukan petualangan mendaki gunung dengan cuaca yang tidak mendukung menati detik-detik pergantian tahun, jika dibandingkan oleh orang – orang pada umumnya di sana bersenang – senang, foya – foya, mengunakan apa yang mereka mau, yang semua serba materi. Tetapi aku yakin dengan pilihan aku bahwa semua kehidupan didunia ini punya jalan masing – masing dimana setiap pilihan pastilah ada manfaatnya serta sesuatu hal tidak perlu dibatasi dengan sebuah materi karena materi itu akan habis adanya dimana yang terpenting untuk bagaimana terus berjalan, belajar, bertualang, berproses, untuk mengetahui siapa aku dan siapa tuhan ku dan yang utama menuju puncak kehidupan abadi selamanya..
Seperti biasanya didalam sebuah hutan lebat dan dingi diketinggian kami terbangun dalam suasana mengirup sejuknya udara pagi, matahari yang terang benderang terbit disebelag barat menambah indahnya panorama pagi itu, Sekitar pukul 08.00 pagi Kamis, 31/12/2009 setelah menyiapkan segala sesuatunya dengan segera kami melanjutkan perjalanan, setiba dipuncak kami dan teman – teman dari kalimantan tidak lupa berfoto-foto untuk mengambil dokumentasi buat sebagai kenang – kenangan.
Orang sering bertanya apa yang kamu dapatkan sesampai di puncak sekedar foto tidak sebanding dengan apa yang kamu lakukan itu merupakan jawaban orang awam yang tidak pernah melakukan apa yang tidak dilakukanya. Dalam dunia anak – anak petualang seperti Mahasiswa Pencinta alam berfilosofi bahwa jangan engkau mengambil sesuatu yang bukan milikmu kecuali itu sangat penting, jangan engkau meninggalkan sesuatu kecuali itu jejak, dimana Alam adalah diciptakan bagi kami manusia untuk dijaga dan dilestarikan dan Alam merupakan Guru bagi kami anak manusia untuk mengetahui apa yang kami tidak tahu dimana semua ilmu yang kami pelajari berasal dari alam, setiap langkah yang engkau daki mengajarkan dan mengambarkan siapa kamsebenarnya.
Setelah mengambil dokumentasi secukupnya kami bergegas melanjutkan perjalanan dimana kami harus bisa secepat mungin melangkahkan kaki selangkah demi selangkah karena maks. Waktu yang ditempuh untuk sampai di lembah Karisma tempat keputusan awal Kamp seelum ke Puncak Bawakaraeng sekitar 5-6 jam. Dari puncak Lopobattang ke lembah Karisma kondisi medan yang sangat begitu beragam dimana beberapa punggungan kami lewati dengan selalu menurun serta diasamping jurang yang sangat terjal dan kondisi tanah dan bebatuan yang licin oleh karena itu kami harus hati – hati, perjalanan kali ini melewati padang rerumputan yang ditumbuhi bunga edelweis yang merupakan tumbuhan langka dan sangat jarang diketemukan dimana hidupnya cuman ditempat – tempat ketinggian dimana pula itu mengikuti musimnya, dan betapa beruntungnya kami dimana pada saat ini merupakan musim tumbuhnya bunga edelweis.
Memasuki waktu magrib kami sampai juga di Lembah kharisma dan sesuai seperti biasanya kami membagi tugas masing masing untuk menyiapakan segala sesuatu perlengkapan untuk Kamp, Malama ini adalah malam penantian detik – detik tahun baru 2010 sebuah tahun yang baru dan sebuah petualangan yang pertama bagi aku dengan melintasi dua Puncak Gunung Lopobattang – Bawakaraeng, malam yang sangat panjang kami melingkar di tengah – tengah api unggun sambil bercerita, merenung, Berdoa, mengharapkan semoga tahun 2010 ini akn menjadi sebuah tahun yang membawa sebuah hari – hari yang baik dan terutama bagi bangsa dan saudara – saudara kami kaum miskin kota agar pemerintah bisa terketuk hatinya bahwa sebhagian dan tanggung jawab kami adalah memberi kehidupan yang layak kepada mereka, agar juga supaya tidak adanya bencana – bencana yang menimpa bangsa kami.
Detik – detik penantian sebuah keinginan, harapan, dan cita – cita. Sebagai anak bangsa yang memegang status mahasiswa adalah tanggung jawab yang erat yang kami embang / pikul dimana di pundak kami terletak sebuah bangsa ini untu kedepanya. Kami mahasiswa pencinta Alam sudah muak dengan semua atas apa yang terjadi panji – panji negara diperjual belikan atas dasar simbol – simbol organ – organ yang melatar belakangi kepentingan, sana sini terjadi pertumpahan darah, saudara – saudara kami dilecehkan dengan bangsa lain, mau dikemanakan harga diri bangsa ini jika setiap waga negaranya lebih mementingkan keegoisan pribadinya tidak meliah pluralisme, rasa nasionalisme yang mana sudah membentuk dasar negara ini. Para pejuang nenek moyang kami menangis di alam sana melihat atas apa yang telah mereka dirikan di ombrak amrik oleh cucunya sendiri.
Apakah kami harus diam, apakah kami harus mengalah, apakah kami harus lakukan ketika semua itu membisu menanyakan dan mencari siapa yang harus bertanggung jawab atas semua ini. Bagaiman kami merasakan indonesia apa yang dirasakan indonesia yaitu dengan cara mendekatkan diri dengan rakyatnya, dengan melepas simbol – simbol, slogan – slogan dimana karena itulah kami naik gunung.
Keesokan harinya jum’at 01/01/2010 pukul 08.30 kami bersiap – siap untu melanjutkan perjalanan menuju puncak bawakaraeng, jalur dan kodisi medan mendaki trus dimana melaewati punggungan gunung yang penuh dengan bebatuan melalui POS 13 Baeawakareng sampai puncak, perjalanan pendakian ini kami di guyur hujan dalam perjalanan ditemani dinginnya angin dan kabut menambah jarak pandang yang sempit serta jurang diasamping kiri kanan menambah ekstrimnya petualangan ini. Ada banyak hal yang kami dapatkan disekeliling kami dalam jalur ini dimana hutan dan gununng hitam rerumputanya dikarenakan habis terbakar oleh ulah – ulah tangan manusia yang tidak bertanggung jawab membakar dan membuang apa sembarangan. Kali ini aki bersedih atas apa yang telah menimpa alam kami dan di tambah lagi terjadinya di puncak Bawakaraeng dimana puncak / Gunung ini menyimpan beberapa misteri yang sangat di percaya oleh masyarakat sulawesi selatan khususnya. Sering kita mendengar adanya prosesi Haji setiap bulan haji di puncak ini yang katanya merupakan sebuah kepercayaan masyarakat bahwa ini merupakan sebuah miniatur Mekah yaitu tempat melakukan Haji. Tetpi ada banyak masyarakat yang menyalah gunankan dengan meminta sesuatu sampai sesembahan guna mendapatkan sesuatu hal, dimana pada dasarnya puncak Bawakaraeng adalah merupakan sebuah puncak yang menyimpan berbgai macam misteri dan kebudayaan khas daerah yang harus dilestarikan.
Sesampai dipuncak seperti biasanya kami mengambil dokumentasi dan serta mendirikan Kamp dabawah sekitar 100 M dari puncak. Di puncak Bawakaraeng sini ada sebuah mata Air yang Airnya tidak pernah habis walaupun musim kemarau dan ini merupakan sebuah mukjizat yang sangat langka.
Malam yang begitu panjang dimana setelah makan tiba – tiba ada pendaki lain yang sedang naik pula dan ternya merupakan teman – teman kami yang awalanya kami sudah janjian bahwa akan ketemu di puncak tahu baru, kami pun gabung bertetangga tenda dengan teman – teman yang baru datang sambil menunggu datangnya pagi kami pun menghabiskan malam dengan bercerita satu sama lain dalam cerita kami sala seorang teman yang baru datang menyampaikan kabar duka bahwa Mantan Presiden Abdul Rahman Wahit ( Gusdur ) telah berpulang kerahmatulah “ Inalilahi Waina Ilahi Rajiun “
Indonesia Berduka dimana Bapak bangsa berpulang meninggalakan hasil karyanya yang telah memberikan sumbangsi baik pemikiran dimana yang dikenal seorang bapak bangsa yang pluralis tidak membedabedakan Agama , suku bangsa dll serta berpikiran luas dan terbuka. Semoga amal segal perbuatanmu ditrima disisi Allah SWT, Amien,…….
Sabtu, 02/01/2010 sekitar pukul 10.00 kami bergegas menyiapkan perlengkapan untuk turun gunung, sebelum turun kami gabung dengan teman – teman yang semalam baru datang untuk berfoto – foto sejenak, setelah itu kami melanjutkan perjalanan untuk turun. Dan turunya kali ini kami terutama saya akan melewati jalur yang aku juga blum pernah lewati yaitu jalur Kandreapia yaitu percabangannya berada pada POS 8 Bawakaraeng. Dimana yang biasanya aku lewati yaitu melalui Lembbana. Tetapi katanya jalur disini sangat mengirit waktu 1-2 jaman dibading lembana. Dan kondisi medanya sangat licin dimana lumpur apalagi masuk musim peng hujan. Beberapa jam sudah kami jalan sekitar sore hari kami pun sampai disebuah desa tempat mengambil mobil disini kami bergegas mencari mobil dengan menelpok kenalan yang biasa mengantar teman – teman pendaki Naik/turun gunung.
Lama menunggu akhirnya kami pun kedatangan mobil, kamipun bergegas menaikan kerel ketas mobil dan langsung cabut pulang ketempat awal Brangkat Kampus Unhas, diperjalanan kami singgah sarapan dimana sejak bagi tadi digunung terakhir makan setelah itu kami pun melanjutkan perjalanan pulang dan alhamdulilah samapi dengan selamat Tim kami dalam Pendakian Lintas Lopobattang – Bawakaraeng.

THE AND

Tidak ada komentar:

Posting Komentar